Selasa, 11 Desember 2012

Abang Afis dan Adek Izam

Abang Afis dan Adek Izam ketika baru tiba dirumah

Rumah Seribu Malaikat adalah Buku Kisah Nyata yang paling saya suka. Betapa mereka begitu menginspirasi. Kisah perjuangan Bu Yuli dan Pak Ahmad Badawi didalam mengasuh Anak-Anak. Ya, mereka bukan hanya sekedar anak-anak, mereka adalah malaikat-malaikat kecil yang tak bersayap.

Ketika itu usia pernikahan kami masih 3 tahun dan belum dikaruniai seorang anak. Betapa kerinduan kami teramat besar untuk memiliki anak dari buah cinta kami. Maka seusai membaca Buku "Rumah Seribu Malaikat" itu kami pun akhirnya berkeinginan itu memiliki anak asuh/ anak angkat. Tapi, kami tidak akan mencari mereka. Biarlah ALLAH SWT yang akan menunjukkan jalannya.

Hari berganti hari, Bulan Berganti Bulan dan Tahun berganti Tahun dan tak ada seorangpun anak yang diantarkanNYA kepada kami. Hingga kami pun akhirnya memutuskan untuk berkegiatan sosial bergabung bersama MamiMep, PapaNan dan kawan-kawan yang lain yang tergabung dalam We Care Community, Jembatan Berbagi, GrebegSedekah ataupun CLBKnya Keluarga Tamasya. 

Dan akhirnya terjawablah sudah misteriNYA kenapa kami belum juga memiliki anak asuh/anak angkat, karena empat bulan setelah kami aktif berkegiatan sosial ALLAH SWT memberikan karunia terbesar yang selalu kami harapkan. Ya, akhirnya Bunda Ina Hamil. Betapa bahagianya kami. Setelah hampir 5 tahun menunggu akhirnya kami pun memiliki keturunan. 

Hari ini Usia Kehamilan istri memasuki usia 24 minggu atau bulan ke-6. Dedek sedang aktif-aktifnya bergerak didalam Rahim istri. Dan saya pun terus aktif bersama teman-teman untuk terus berkegiatan sosial membantu mereka yang membutuhkan.

Hari Minggu tanggal 9 Desember 2012 tepat pukul 10.00 WIB seorang kawan bernama Arif Kurniawan yang juga seorang Jurnalis dari Radar Jember mengabari saya melalui sebuah pesan singkat. Tulisnya begini:
"Cak, diKademangan Bondowoso ada kakak adik bersaudara, kerjanya mencari kangkung di sawah dan dijual.Gak sekolah, Gak ada Bapak dan Ibu, Biasanya dia kelas satu atau dua SD Cak."
Saya pun membalasnya untuk segera kerumah pukul 13.00 WIB karena ketika itu saya masih arisan keluarga di Bondowoso.

Tepat pukul 13.00 WIB Arief dan kawannya Saiful datang kerumah untuk menceritakan tentang keadaan Anak-Anak itu. Karena ceritanya pun masih belum jelas akhirnya saya mengajak mereka untuk menemui anak-anak itu dan berbicara dengan tetangganya.

Sesampainya di Kademangan saya bertemu dengan Afis salah satu anak dari yang diceritakan teman-teman. Kami pun mengajak anak-anak itu kerumah Lek To tetangga anak-anak itu yang mengemong mereka. Setelah bertemu dengan Lek To saya pun menyampaikan maksud kedatangan kami untuk mengetahui cerita keadaan mereka dan kemungkinan saya untuk membantu. Selanjutnya Lek To pun bercerita:

"Bu Mariana adalah tetangga Lek To yang sejak masih perawan sudah berangkat ke Malaysia untuk menjadi Buruh Migran. Sayangnya tidak melalui prosedur yang benar, jadilah Bu Mariana buruh migran ilegal. Apes, akhirnya keberadaan Bu Mariana diketahui pemerintah Malaysia hingga akhirnya dibuang ke Riau. Di Riau kemudian Bu Mariana berjodoh dengan Pak Ahmad hingga akhirnya mereka menikah dan memiliki lima anak. Pepatah "Banyak Anak Banyak Rejeki" rupanya tidak berlaku bagi Pak Ahmad dan Bu Mariana. Bukannya banyak rejeki malah per-ekonomi-an keluarga morat marit. Hingga akhirnya semua anak-anaknya yang sekolah berhenti sekolah dan yang belum sekolah tidak pernah sekolah. Anak yang pertama perempuan usianya 18-an dan sudah bekerja, Anak Kedua perempuan "Nunung" berusia 16th, Anak Ketiga laki-laki "Afis" berusia 11th, Anak Keempat laki-laki "Izam" berusia 7th, Anak Kelima perempuan "Ita" berusia 4th. Setahun setelah anak-anak Pak Ahmad dan Bu Mariana tidak sekolah, akhirnya Pak Ahmad dan Bu Mariana pun berpisah. Bu Mariana kembali ke Bondowoso dengan membawa empat orang anaknya (Nunung, Afis, Izam dan Ita). Ibu dari Bu Mariana sendiri hanyalah seorang Pembantu Rumah Tangga. Untuk memperbaiki perekonomian keluarga akhirnya Bu Mariana kembali berangkat ke Negeri Jiran dan menitipkan anak-anak kepada neneknya. Neneknya pun rupanya tidak sanggup mengasuh empat anak yang masih kecil-kecil sekali hingga beberapa bulan kemudian pun meninggalkan empat anak-anak itu sendiri. Nenek rupanya berpamitan kepada Lek To untuk ke Ponorogo mengunjungi anaknya yang tertua (Kakak dari Bu Mariana) yang akan menikahkan anaknya. Tapi hampir tiga bulan-an ini tidak kunjung kembali dengan alasan masih kerasan/betah di Ponorogo. Kiriman dari Pak Ahmad dan Bu Mariana yang dititipkan ke tetangganya pun hanya 1jutaan per 3bulan sekali. Uang itu hanya cukup untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Untuk uang jajan maka si Afis yang bekerja mencari sayur kangkung dan genjer di Sawah untuk dijual kembali, terkadang juga mencari botol-botol bekas untuk dijual ke pengepul barang loak. Uang hasil penjualan sayur dan botol dibagikan kepada Izam dan Ita adek-adeknya. Seringkali Afis bercerita ke Lek To kalau dia ingin sekolah lagi biar pintar dan bisa jadi polisi. "Tapi gimana jadi Polisi Pak Dhe, kalau saya gak sekolah" begitu kata Afis kepada Lek To. Lek To pun hanya bisa terdiam. Kondisi ekonomi keluarga Lek To dan Tetangga yang lain memang tidak memungkinkan untuk menyekolahkan mereka. Lek To dan para tetangga hanya bisa memberi makan dan sedikit uang jajan. Tidak berbeda jauh dengan saudara-saudara dari Bu Mariana pun mereka juga mengalami kesulitan ekonomi."

Setelah mendengar cerita Lek To saya pun bertanya kepada Afis, 
"Afis mau sekolah?" (Afis pun mengangguk)
"Tapi di Jember?" tanya saya kembali. (Afis pun kembali mengangguk)
"Tapi cuman sama Adek Izam ya?" sahut saya lagi (Afis pun kembali mengangguk).

Saya lihat mata Afis memerah sambil berkaca-kaca. Saya tahu betul air mata yang masih terbendung itu bukan air mata sedih melainkan air mata terharu karena akhirnya harapannya terwujud. Afis teringat akan wejangan Lek To bahwa untuk menjadi orang sukses itu harus rajin dan bersabar.

Terngiang di telinga saya Lagu Bang Iwan,
"Anak sekecil itu berkelahi dengan waktu.
Demi Satu Impian yang kerap ganggu tidurmu.
Anak sekecil itu tak sempat nikmati waktu.
Mencoba pecahkan karang, 
Lemah jarimu terkepal."

Akhirnya saya sampaikan maksud saya kembali kepada Lek To untuk membawa Afis dan Izam ke Jember untuk kemudian saya sekolahkan. Lek To pun bergembira dan akan meminta ijin kepada Bu Mariana dan saudara-saudara Ibunya. "Secepatnya Lek To akan ngasih kabar Mas Oyong" begitu kata Lek To ketika saya berpamitan.

Ketika sampai dirumah Bondowoso, saya pun bercerita kepada Bunda dan Bapak Ibuk. Alhamdulillah mereka tidak ada yang berkeberatan. 

Terus terang saya ketika memutuskan untuk membawa Afis dan Izam tidak berpikir sama sekali. Saya hanya tidak tega melihat kondisi mereka dan saya pun salut dengan kemauan Afis dan Izam untuk bersekolah kembali.

Saya pun termenung dan berpikir tentang kejadian ini. Rencana ALLAH SWT Memang Luar Biasa. Disaat kami sudah diberiNYA anak dari benih kami sendiri, DIA pun masih memberi kami kembali nikmat seperti apa yang dirasakan Bu Yuli dan Pak Ahmad Badawi dalam Buku "Rumah Seribu Malaikat".

Kondisi perekonomian kami pun sebenarnya tidak jauh berbeda dengan Lek To dan Keluarganya. Tapi Kami selalu yakin Bahwa ketika ALLAH SWT menitipkan dua orang anak kepada kami untuk kami didik maka ALLAH SWT akan mencukupi kami melalui hamba-hambaNYA yang lain, melalui sahabat-sahabat kami yang terus menyokong kegiatan-kegiatan sosial kami dan kawan-kawan tanpa mau disebutkan nama-namanya karena mereka yakin pula bahwa ALLAH SWT Maha Tahu.

Selamat Datang Anak-Anakku 
Selamat Menempuh Perjalanan Hidup bersama kami.

Dan teruntuk keluarga kecilku (Bunda Ina dan Dedek) terimakasih atas ke-ikhlas-an kalian menerima kehadiran mereka. Peluk Hangat dan Cium untuk kalian.

2 komentar:

  1. subhanalahhhhhhh....ketampar banget yonk,aku di daerah itu tapi aku sdr gak tau keadaan mereka. astaufirlohhhhhh 3x.....ampuni hamba ya Rob. semoga allahhhh menambahkan rezekimu....smg allah memudahkan smua kesulitanmu....ya allahhh jdkan amanah dm perjalanan hidup hamba smakin bermanfaat untuk orang lain.bisa lebih banyk membantu sesama.....bismillahhhhh kejarrrrr wujudkan rumah seribu malaikat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. No body's perfect kan? Setidaknya mereka sudah terbantu. Yok semangat kejar dunia n akhirat ;)

      Hapus