Rabu, 26 Desember 2012

Ketika Akhir Hujan menghasilkan Pelangi

Malam ini tepat lima tahun yang lalu
Aku sedang menata hati, menata mental demi mempertaruhkan seluruh hidupku. Kuambil wudhu, kugelar sajadah dan memohon kepadaNYA pemilik dan penguasa segenap hati.
Ya, besok tepat lima tahun yang lalu
Aku memilihmu Wanita terakhir yang akan kupersunting menjadi teman hidup, teman seperjalanan hingga berharap agar engkaulah temanku disurgaNYA kelak

Pertanyaan yang kerap kali muncul adalah "Kenapa kamu?"
Lillahita'ala (Karena ALLAHUTA'ALA)
Bukan jawaban yang dibuat-buat, karena memang begitu adanya... 
Karena ALLAH SWT yang mempertemukan kita dengan caranya yang begitu rahasia. 
Dan menguatkan hatiku untuk memilihmu lewat Istikharah yang panjang


INAYATUL HASANAH
Sebuah Petunjuk yang Baik, begitulah arti dari namamu, pesan dan doa yang diharapkan oleh Bapak dan Emak.

Dan kini setelah lima tahun berlalu, aku sekedar menoleh kebelakang. melihat langkah-langkah kita bersama dan tersenyum.
Bahwa Aku tak salah memilihmu, bahwa DIA benar-benar menciptakanmu untukku.
Perempuan yang mampu menguasai segenap hati dan pikiranku
Perempuan yang benar-benar mampu bersamaku dalam banyak susah yang tercipta di lima tahun perjalanan hidup kita
Perempuan yang penuh sabar menanti kehadiran buah hati yang kini telah berada di rahimmu

Engkau Bunda dan Aku Abi
Ya, kini kita akan benar-benar menjadi orang tua yang sesungguhnya dari darah daging kita sendiri.

Sebentar ya,...
Aku ingin melihat wajahmu saat engkau tertidur pulas dan perut buncitmu yang didalamnya ada darah daging kita yang terus bergerak aktif 

Tiba-tiba teringat kata-kata seorang senior diKampus dulu, "Mencari Perempuan yang mau diajak senang itu gampang, tapi mencari Perempuan yang mau diajak susah itu yang sangat sulit, dan Perempuan yang seperti itulah yang pantas menjadi istri kita kelak"

Kata-kata itu yang senantiasa terngiang-ngiang dipikiranku ketika akan mencari istri.
Dan, YA! KAMU! Bahkan hingga detik ini kamu masih bertahan hidup dalam kesederhanaan bersamaku. 

Kesabaranmu itu yang selalu membuatku menangis,...
Betapa tidak,... 
Di awal nikah saja Aku sudah membebankan hutang cicilan sepedamotor dan belum lagi biaya kontrakan rumah
Bersambung dengan cicilan rumah dan kredit usaha
Hingga akhirnya mencapai puncak pada Rumah yang akhirnya terjual
Dan, kamu masih saja bertahan! Mungkin perempuan lain sudah mencari lelaki lain yang jauh lebih kaya dan lebih tampan! Kenapa? Ya, karena kamu Perempuan itu Perempuan yang sekali lagi memang diciptakan untukku

Dan maaf, ketika kamu memimpikan sebuah rumah dengan halaman yang luas dan sebuah mobil yang bisa melindungi dan anak kita dari hujan,... Aku masih belum bisa mewujudkannya,...
"GustiALLAH mboten sare"
Hanya itu yang bisa Aku ucapkan,...

Karena Aku dan Kamu telah sama-sama yakin dan percaya bahwa tak ada Doa dan Permohonan yang tidak dikabulkanNYA
Seperti Doa dan Permohonan kita untuk mendapatkan keturunan selama hampir lima tahun dan akhirnya diwujudkanNYA
Ya, semua hanya tentang bersabar

Malam sudah larut Bunda
Dan Abi masih ingin terus terjaga untuk melindungimu dan buah hati kita,
Tak ada janji Tak ada apapun
Hanya melindungimu dan Buah Hati kita
Hingga tiba saatnya malaikat-malaikatNYA turun disepertigamalam nanti
Dan kita bersujud bersama mengharapkan RidhoNYA

Selasa, 11 Desember 2012

Abang Afis dan Adek Izam

Abang Afis dan Adek Izam ketika baru tiba dirumah

Rumah Seribu Malaikat adalah Buku Kisah Nyata yang paling saya suka. Betapa mereka begitu menginspirasi. Kisah perjuangan Bu Yuli dan Pak Ahmad Badawi didalam mengasuh Anak-Anak. Ya, mereka bukan hanya sekedar anak-anak, mereka adalah malaikat-malaikat kecil yang tak bersayap.

Ketika itu usia pernikahan kami masih 3 tahun dan belum dikaruniai seorang anak. Betapa kerinduan kami teramat besar untuk memiliki anak dari buah cinta kami. Maka seusai membaca Buku "Rumah Seribu Malaikat" itu kami pun akhirnya berkeinginan itu memiliki anak asuh/ anak angkat. Tapi, kami tidak akan mencari mereka. Biarlah ALLAH SWT yang akan menunjukkan jalannya.

Hari berganti hari, Bulan Berganti Bulan dan Tahun berganti Tahun dan tak ada seorangpun anak yang diantarkanNYA kepada kami. Hingga kami pun akhirnya memutuskan untuk berkegiatan sosial bergabung bersama MamiMep, PapaNan dan kawan-kawan yang lain yang tergabung dalam We Care Community, Jembatan Berbagi, GrebegSedekah ataupun CLBKnya Keluarga Tamasya. 

Dan akhirnya terjawablah sudah misteriNYA kenapa kami belum juga memiliki anak asuh/anak angkat, karena empat bulan setelah kami aktif berkegiatan sosial ALLAH SWT memberikan karunia terbesar yang selalu kami harapkan. Ya, akhirnya Bunda Ina Hamil. Betapa bahagianya kami. Setelah hampir 5 tahun menunggu akhirnya kami pun memiliki keturunan. 

Hari ini Usia Kehamilan istri memasuki usia 24 minggu atau bulan ke-6. Dedek sedang aktif-aktifnya bergerak didalam Rahim istri. Dan saya pun terus aktif bersama teman-teman untuk terus berkegiatan sosial membantu mereka yang membutuhkan.

Hari Minggu tanggal 9 Desember 2012 tepat pukul 10.00 WIB seorang kawan bernama Arif Kurniawan yang juga seorang Jurnalis dari Radar Jember mengabari saya melalui sebuah pesan singkat. Tulisnya begini:
"Cak, diKademangan Bondowoso ada kakak adik bersaudara, kerjanya mencari kangkung di sawah dan dijual.Gak sekolah, Gak ada Bapak dan Ibu, Biasanya dia kelas satu atau dua SD Cak."
Saya pun membalasnya untuk segera kerumah pukul 13.00 WIB karena ketika itu saya masih arisan keluarga di Bondowoso.

Tepat pukul 13.00 WIB Arief dan kawannya Saiful datang kerumah untuk menceritakan tentang keadaan Anak-Anak itu. Karena ceritanya pun masih belum jelas akhirnya saya mengajak mereka untuk menemui anak-anak itu dan berbicara dengan tetangganya.

Sesampainya di Kademangan saya bertemu dengan Afis salah satu anak dari yang diceritakan teman-teman. Kami pun mengajak anak-anak itu kerumah Lek To tetangga anak-anak itu yang mengemong mereka. Setelah bertemu dengan Lek To saya pun menyampaikan maksud kedatangan kami untuk mengetahui cerita keadaan mereka dan kemungkinan saya untuk membantu. Selanjutnya Lek To pun bercerita:

"Bu Mariana adalah tetangga Lek To yang sejak masih perawan sudah berangkat ke Malaysia untuk menjadi Buruh Migran. Sayangnya tidak melalui prosedur yang benar, jadilah Bu Mariana buruh migran ilegal. Apes, akhirnya keberadaan Bu Mariana diketahui pemerintah Malaysia hingga akhirnya dibuang ke Riau. Di Riau kemudian Bu Mariana berjodoh dengan Pak Ahmad hingga akhirnya mereka menikah dan memiliki lima anak. Pepatah "Banyak Anak Banyak Rejeki" rupanya tidak berlaku bagi Pak Ahmad dan Bu Mariana. Bukannya banyak rejeki malah per-ekonomi-an keluarga morat marit. Hingga akhirnya semua anak-anaknya yang sekolah berhenti sekolah dan yang belum sekolah tidak pernah sekolah. Anak yang pertama perempuan usianya 18-an dan sudah bekerja, Anak Kedua perempuan "Nunung" berusia 16th, Anak Ketiga laki-laki "Afis" berusia 11th, Anak Keempat laki-laki "Izam" berusia 7th, Anak Kelima perempuan "Ita" berusia 4th. Setahun setelah anak-anak Pak Ahmad dan Bu Mariana tidak sekolah, akhirnya Pak Ahmad dan Bu Mariana pun berpisah. Bu Mariana kembali ke Bondowoso dengan membawa empat orang anaknya (Nunung, Afis, Izam dan Ita). Ibu dari Bu Mariana sendiri hanyalah seorang Pembantu Rumah Tangga. Untuk memperbaiki perekonomian keluarga akhirnya Bu Mariana kembali berangkat ke Negeri Jiran dan menitipkan anak-anak kepada neneknya. Neneknya pun rupanya tidak sanggup mengasuh empat anak yang masih kecil-kecil sekali hingga beberapa bulan kemudian pun meninggalkan empat anak-anak itu sendiri. Nenek rupanya berpamitan kepada Lek To untuk ke Ponorogo mengunjungi anaknya yang tertua (Kakak dari Bu Mariana) yang akan menikahkan anaknya. Tapi hampir tiga bulan-an ini tidak kunjung kembali dengan alasan masih kerasan/betah di Ponorogo. Kiriman dari Pak Ahmad dan Bu Mariana yang dititipkan ke tetangganya pun hanya 1jutaan per 3bulan sekali. Uang itu hanya cukup untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Untuk uang jajan maka si Afis yang bekerja mencari sayur kangkung dan genjer di Sawah untuk dijual kembali, terkadang juga mencari botol-botol bekas untuk dijual ke pengepul barang loak. Uang hasil penjualan sayur dan botol dibagikan kepada Izam dan Ita adek-adeknya. Seringkali Afis bercerita ke Lek To kalau dia ingin sekolah lagi biar pintar dan bisa jadi polisi. "Tapi gimana jadi Polisi Pak Dhe, kalau saya gak sekolah" begitu kata Afis kepada Lek To. Lek To pun hanya bisa terdiam. Kondisi ekonomi keluarga Lek To dan Tetangga yang lain memang tidak memungkinkan untuk menyekolahkan mereka. Lek To dan para tetangga hanya bisa memberi makan dan sedikit uang jajan. Tidak berbeda jauh dengan saudara-saudara dari Bu Mariana pun mereka juga mengalami kesulitan ekonomi."

Setelah mendengar cerita Lek To saya pun bertanya kepada Afis, 
"Afis mau sekolah?" (Afis pun mengangguk)
"Tapi di Jember?" tanya saya kembali. (Afis pun kembali mengangguk)
"Tapi cuman sama Adek Izam ya?" sahut saya lagi (Afis pun kembali mengangguk).

Saya lihat mata Afis memerah sambil berkaca-kaca. Saya tahu betul air mata yang masih terbendung itu bukan air mata sedih melainkan air mata terharu karena akhirnya harapannya terwujud. Afis teringat akan wejangan Lek To bahwa untuk menjadi orang sukses itu harus rajin dan bersabar.

Terngiang di telinga saya Lagu Bang Iwan,
"Anak sekecil itu berkelahi dengan waktu.
Demi Satu Impian yang kerap ganggu tidurmu.
Anak sekecil itu tak sempat nikmati waktu.
Mencoba pecahkan karang, 
Lemah jarimu terkepal."

Akhirnya saya sampaikan maksud saya kembali kepada Lek To untuk membawa Afis dan Izam ke Jember untuk kemudian saya sekolahkan. Lek To pun bergembira dan akan meminta ijin kepada Bu Mariana dan saudara-saudara Ibunya. "Secepatnya Lek To akan ngasih kabar Mas Oyong" begitu kata Lek To ketika saya berpamitan.

Ketika sampai dirumah Bondowoso, saya pun bercerita kepada Bunda dan Bapak Ibuk. Alhamdulillah mereka tidak ada yang berkeberatan. 

Terus terang saya ketika memutuskan untuk membawa Afis dan Izam tidak berpikir sama sekali. Saya hanya tidak tega melihat kondisi mereka dan saya pun salut dengan kemauan Afis dan Izam untuk bersekolah kembali.

Saya pun termenung dan berpikir tentang kejadian ini. Rencana ALLAH SWT Memang Luar Biasa. Disaat kami sudah diberiNYA anak dari benih kami sendiri, DIA pun masih memberi kami kembali nikmat seperti apa yang dirasakan Bu Yuli dan Pak Ahmad Badawi dalam Buku "Rumah Seribu Malaikat".

Kondisi perekonomian kami pun sebenarnya tidak jauh berbeda dengan Lek To dan Keluarganya. Tapi Kami selalu yakin Bahwa ketika ALLAH SWT menitipkan dua orang anak kepada kami untuk kami didik maka ALLAH SWT akan mencukupi kami melalui hamba-hambaNYA yang lain, melalui sahabat-sahabat kami yang terus menyokong kegiatan-kegiatan sosial kami dan kawan-kawan tanpa mau disebutkan nama-namanya karena mereka yakin pula bahwa ALLAH SWT Maha Tahu.

Selamat Datang Anak-Anakku 
Selamat Menempuh Perjalanan Hidup bersama kami.

Dan teruntuk keluarga kecilku (Bunda Ina dan Dedek) terimakasih atas ke-ikhlas-an kalian menerima kehadiran mereka. Peluk Hangat dan Cium untuk kalian.

Senin, 10 Desember 2012

Petik Laut

Indonesia memang kaya dengan budaya dan kearifan lokalnya. Mulai dari suku bangsa, bahasa daerah, lagu daerah, pakaian adat, rumah adat, hingga ritual budaya. Ada jutaan mungkin warisan budaya Bangsa ini. Hingga kitapun beberapa kali kecolongan/kehilangan. Warisan Budaya kita diakui oleh Negara lain (Malaysia) seperti Batik, Tari TorTor, Reog, dan Lagu Rasa Sayange. Memang ada banyak kemiripan antara Indonesia dengan Malaysia tidak lain adalah karena Indonesia dan Malaysia dulu masih Nusantara dibawah kepemimpinan Patih Gajah Mada.

Sebenarnya tak perlulah kita terus menerus memaki-maki Malaysia karena "mencuri" budaya kita. Yang perlu dilakukan adalah introspeksi diri sendiri. seberapa besar sih upaya kita untuk menjaga, mempertahankan, melindungi dan melestarikan budaya kita? Rasa cinta kita terhadap budaya Bangsa seringkali menguat bahkan ketika budaya kita dicuri! Sebelum dicuri? kita seringkali bermalas-malasan ataupun enggan ketika disuruh memakai pakaian batik. Malu dan takut dicemooh karena dianggap mau pergi ke resepsi pernikahan.

Indonesia adalah Negara Maritim. Sehingga seringkali budaya-budaya kita banyak dimulai dari daerah pesisir. salah satu budaya daerah pesisir yang sampai saat ini masih terus dipertahankan adalah ritual petik laut. Jember yang berada di sisi selatan Pulau Jawa juga memiliki daerah pesisir yang konon juga termasuk daerah peradaban tertua. 

Ada enam kecamatan di Jember yang merupakan kecamatan pesisir yaitu: Kencong, Gumukmas, Puger, Wuluhan, Ambulu dan Tempurejo. Dikarenakan Kecamatan yang masyarakatnya banyak memanfaatkan keberadaan laut sebagai lahan pencarian hanyalah Kencong, Puger dan Ambulu maka Ritual Petik Laut yang tumbuh dan terus hidup adalah di tiga kecamatan tersebut.

Petik Laut adalah sebuah bentuk ritual yang didasari dari kearifan lokal masyarakat. Hampir setiap kawasan berpesisir di Indonesia memiliki ritual Petik Laut dengan nama yang berbeda-beda. Tujuan Petik Laut dilakukan adalah sebagai bentuk rasa syukur dari masyarakat Nelayan atas berkah ikan yang didapat selama setahun kemarin. Setahun ini bukan menggunakan tahunan dalam kalender Masehi melainkan kalender Jawa. Maka Petik Laut selalu dilaksanakan di Bulan Suro dalam Kalender Jawa. 

Petik Laut itu juga merupakan pengharapan dari Masyarakat Nelayan agar ditahun depan mereka mendapatkan Ikan yang jauh lebih banyak lagi dari tahun kemarin.

Semestinya Ritual-ritual Petik Laut itu selalu dilaksanakan tepat pada tanggal 1 Suro. Awal hari didalam kalender Jawa itu tidak mengikuti perhitungan jam yaitu 00:00 tetapi mengikuti terbenamnya matahari dan muncul bulan baru persis seperti perhitungan kalender hijriyah karena menggunakan perhitungan bulan baru. Jadi ritual petik laut dimulai tepat setelah senja menghilang.
Sesepuh Desa dan Istri Kepala Desa Puger Wetan

Doa yang dipimpin Sesepuh Desa di papuma

Awal ritual Petik Laut adalah menghantar sesajen yang biasanya dibuat oleh sesepuh desa/ tokoh desa dan dibawa ke Balai Desa untuk didoakan oleh seluruh masyarakat Desa setempat. Sesajen utama biasanya menggunakan kepala hewan entah itu kepala kambing atau kepala sapi. Kalau kambing maka harus dua ekor dengan warna bulu hitam dan satunya berbulu putih. dan untuk sapi maka cukup satu ekor. Sesajen lainnya adalah tumpeng, patung penganten, ayam putih, dan makanan-makanan lain yang umum dimakan oleh masyarakat nelayan kelas bangsawan dengan harapan agar masyarakat semuanya bisa menikmati makanan yang serupa dikemudian hari. Sesajen utama disini selalu diletakkan di dalam perahu kecil yang nantinya akan dilarung.
Sajen Penganten

Sajen Tumpeng

Sajen Utama berupa Dua Kepala Kambing dengan Bulu Hitam dan Putih

Setelah selesai berdoa maka dilaksanakan pagelaran wayang kulit semalam suntuk. Sampai pada saat munculnya matahari maka dalang akan melakukan ruwatan desa. Disini ketika penonton/masyarakat melihat acara ruwatan maka dilarang pulang atau meninggalkan lokasi ruwatan sebelum acara ruwatan benar-benar berakhir. Biasanya acara ruwatan ini memakan waktu 1-2 jam. Jika seseorang meninggalkan acara ruwatan sebelum acara ruwatan benar-benar berakhir maka yang kerap terjadi adalah orang tersebut akan kesurupan atau lupa jalan pulang. Acara ruwatan ini sebenarnya acara pemanggilan arwah-arwah para sesepuh desa untuk memohon ijin bahwa masyarakat desa akan melakukan larung saji.

Wayang Kulit

Kemudian pada siang harinya sesajen kembali didoakan dan dilakukan upacara pelepasan untuk dilarungkan dilaut. Setelah selesai maka masyarakat pun turut mengiringi proses pelarungan sesajen yang nantinya akan dilepas ditengah laut. yang dilepas dsini umumnya sesajen utama. sedang untuk sesajen lainnya akan ditaruh ditempat sesajen yang ada di balai desa.

Upacara Pelarungan

Mengiringi Pelarungan

Sesajen yang ditinggalkan

Larung saji



Setelah pelarungan biasanya perangkat desa akan memberikan hiburan bagi masyarakatnya berikut dengan makan bersama di balai desa.

Saat ini, petik laut tidak lagi dilaksanakan persis seperti yang saya ceritakan diatas. hanya saja memang tetap dilaksanakan di bulan suro walau gak tepat tanggal 1 suro. 

Catatan:
Jadwal Petik Laut yang sudah dilaksanakan kemaren:
1. Desa Puger Wetan dan Puger Kulon tanggal 29 Nopember 2012
2. Desa Paseban Kencong tanggal 30 Nopember 2012
3. Dusun Watu Ulo Desa Sumberejo Kec. Ambulu tanggal 4 Desember 2012
4. Tanjung Papuma Kec. Wuluhan tanggal 5 Desember 2012
5. Dusun Payangan Desa Sumberejo Kec. Ambulu tanggal 7 Desember 2012

Thanks to: @ina_dcalista @sahadbayu @GallantYP @two_mean @HajarDanang

Selasa, 04 Desember 2012

Mimpi terbesar ku!!!

Setiap orang pasti punya impian yang hebat dalam hidupnya, satu impian yang terusmenerus akan dikejar selama hidup. Tapi ada pula orang-orang yang punya banyak mimpi dalam hidupnya, ada yang semuanya bisa terkejar tapi ada pula yang tak terkejar sama sekali, saking bingungnya mungkin. Yang lebih parah lagi adalah orang-orang yang tidak punya mimpi sama sekali, sampek saya sering berpikir "Kok bisa ya orang hidup tapi gak punya mimpi?"

Lalu apa impian saya? hmmm,.... mungkin lebih tepatnya impian saya saat ini?

Buat saya memiliki kawan yang banyak adalah harta terbesar yang harus dimiliki.
Buat saya berbagi dengan banyak orang adalah simpanan harta yang harus dimiliki untuk bekal di akhirat.
dan Buat saya mendengarkan dan melihat celoteh anak-anak dan banyak orang adalah ketenangan terbesar disetiap waktu kehidupan.

Masih Bingung? Oke saya beri contohnya:
Saya ingin seperti Dik Doank yang punya Kandank Jurank Doank
Saya ingin seperti Rhenald Kasali dengan Rumah Perubahannya
Saya ingin seperti Pak Supo dan Bu Cicik dengan Tanokernya.

Lalu saya? Yup, saya ingin punya tanah yang luas yang didalamnya saya tinggal bersama keluarga kecil saya. Disana pula ada Taman Baca, Sanggar Belajar dan Bermain, Tempat nyangkrung ngopi ngeteh dan nyoklat bareng. Tempat panggung budaya. Pun usaha Home Beauty Care istri ada disana.

Ah, akan indah seperti dalam bayangan saya. Kita belajar, Kita Berbagi dan Kita Bersaudara.

lalu apa impianmu?

Selasa, 20 November 2012

Tentang Tamasya, Mas Bro dan CLBK

Saya seperti orang yang haus akan banyak hal sekaligus buta banyak hal. Ketika lulus kuliah dan akhirnya pulang, saya terheran-heran ketika pertama kali melihat TAPE KETAN maen di Gelora Pelita Bondowoso. Ternyata sekarang anak-anak lokal sudah jago dan kreatif ya. seperti orang yang baru terbangun setelah tidur panjang atau seperti orang pedalaman yang baru keluar melihat modernitas. Dan saya yang penggemar berat Bang Iwan Fals kemudian mendengar dan melihat penampilan K2 Reggae bermusik, easy listening NAMOOOYYYY!!!! Hahahaha,.... hasilnya saya pun gabung dengan kawan-kawan Bondowoso Reggae Community, menjalin hubungan pertemanan dengan banyak musisi2 Reggae seperti Steven 'n Covonuttreez, Ras Muhammad dan musisi Reggae asal Bali yang menyanyikan lagu LOVINA serta dengan para Rastaman-rastaman se-Indonesia. Sekalian saya pun mempelajari tentang sejarah Reggae, Bob Marley dan Ras Tafari. (saat itu masih jamannya Blogsome dan Friendster ya,.... hehehe....)

Dan ketika tahun 2006 saya masuk Jember, band lokal yang paling sering saya dengar itu Ninety Nine dan Lollypop. Jaman berubah lagi,... aliran musik yang paling digemari saat itu adalah hip hop. Tapi K2 Reggae masih bertahan dan Tape Ketan sedang bersiap-siap untuk jadi Artis Nasional dengan mengikuti Audisi Band Gelo. (saat ini sudah mulai memasuki jamannya Facebook dan Blogspot)

Di awal 2007 saya berteman dengan Tamasya Indie Band melalui jejaring sosial Facebook. Yah berteman dan sekedar berteman. sekedar banyak-banyakan jumlah teman, hehehehe,.... Dan terus terang saja ketika itu saya kira Tamasya itu alirannya gak jauh beda dengan NinetyNine ataupun Lollypop yaitu Hip Hop. So, biasa sajalah gak saling colek gak chatting2an.

Hingga akhirnya saya berkesimpulan bahwa Tamasya ini ternyata adalah kumpulan anak-anak Pecinta Alam dengan lagu-lagunya semua tentang Alam. Saya menyimpulkan demikian karena beberapa kali saya melihat status di FB nya yang bercerita  tentang alam dan juga ternyata Tamasya ini berteman dengan kawan SMA saya Si Nanda.

Sampai kemudian saya komentar status Tamasya yang share tentang keinginan mereka untuk berbagi buku di Jember. tetapi mandek setelah saya menghubungi nomernya salah satu personel Tamasya entah itu Mas bebeh dan Mas Hakim. Serius, ketika itu saya gak ngerti apapun tentang Band yang namanya Tamasya. Mendengar lagu2nya apalagi melihat mereka tampil di panggung. 

ArmanDhani dan Sahadbayu (dua kawan baru saya) ketika itu sedikit surprise waktu saya bilang bahwa saya juga sharing-sharing dengan temen2 Tamasya. Mereka bilang, "Oh karo Mas Bro?" . Lha saya balik nanya, "Mas Bro iku sopo?". Mereka kemudian saling bercerita sedikit tentang Mas Bro yang penulis, Mas Bro yang hebat,... dan Mas Bro yang nilainya plus,... plus,... plus,... Walau akhirnya Mas Bro masih belum bisa kumpul karena waktu itu masih ada kegiatan bersih-bersih sungai Bedadung. Ketika itu saya mendapat tambahan kesimpulan bahwa Mas Bro salah satu personel Tamasya itu orang hebat selain mereka yang aktifitas lingkungan dan sosial. Tapi saya masih belum pernah denger lagu-lagu mereka. Dan saya masih bingung yang namanya Mas Bro itu Mas Bebeh opo Mas Hakim?

Hampir setengah tahun kemudian saya iseng-iseng menengok Akun Facebook yang lama gak saya lihat, eh ada status dari RZ Hakim tentang NoormaalSchool. Sebuah cerita tentang penelusuran sejarah pendidikan di Jember dan rasa penasaran terhadap Abdoel Moeki. berkomentar dan akhirnya berakhir pada ajakan ngopihore dirumahnya Mas Hakim kalo saya pulang ke Bondowoso, berhubung waktu itu (sabtu pagi) saya berencana untuk mengunjungi Panti Asuhan Nurul Hikmah di Bintoro saya pun mengusulkan untuk ngopihore saat itu juga. Harap-harap cemas menunggu balasan komentar dan,.... yay! Mas Hakim pun bersedia.
 Ngopi Hore bareng Mas Bro dan Kang Genjur *photo by Mbak Prit

Dan itulah pertama kalinya saya kerumahnya Mas Hakim dan pertama kali pula saya bertatap muka dengan Mas Hakim. Untuk menyelesaikan rasa penasaran saya, saya pun bertanya ke Mas Hakim, "sing jeneng'e Mas Bro iku sampean tah?" "Iyo, arek2 iku sing njenengi Mas Bro". Walah, akhirnya ketemu juga dengan Mas Bro, hehehehe,.... Dan rasa penasaran dengan "Hebat"nya Mas Bro itu terbayar sudah melalui percakapan-percakapan kami. Serius, aku isin karena Mas Bro sedikit tahu lebih banyak tentang saya daripada saya tahu tentang Mas Bro.

hmmmm,.... Mas Bro itu,..... wis tah lah saya gak perlu bercerita tentang "Hebat"nya Mas Bro tapi berkunjunglah ke Panaongan (Rumah Mas Bro di Jl. Slamet Riyadi 135 Patrang) atau hubungi Mas Bro di akun facebooknya RZ Hakim (karena Mas Bro lebih sering menjawab message di FB drpd di Nomer HPnya, hehehehe,....) dan kalian akan tahu seperti apa hebatnya Mas Bro :) Saya pun betah di Panaongan selain betah ngobrol ato mendengarkan celotehnya Mas Bro juga karena segelas kopi buatan Mbak Prit (istri tercintanya Mas Bro).

Celoteh demi celoteh kami terus berlanjut hingga acara CLBK. Yup, setau saya acara CLBK yg diadakan tgl 15 Nopember kemaren di kedai Gubug itu adalah yang kedua setelah acara Pesan dalam Botol. Sebuah acara yang hebat menurut saya, karena pesan yang memang ingin disampaikan:
1. jangan pernah melupakan sejarah bahwa beberapa bangunan di Jember ini dibangun dari sumbangan-sumbangan botol masyarakat Jember
2. keinginan untuk melakukan hal serupa yaitu mengumpulkan botol-botol bekas dan menjualnya untuk kemudian uangnya dipergunakan untuk kepentingan pendidikan di Jember.
Picture by Keluarga Tamasya
CLBK sendiri memiliki format acara yang hampir sama tetapi dengan beberapa tambahan acara, yaitu:
1. barang-barang bekas yang dikumpulkan bukan hanya botol tetapi apa saja yang bermanfaat dan bisa dijual, terbukti kemaren hasil barang-barang bekas yang terkumpul antara lain: botol, buku, baju, kertas/koran, televisi dan helm.
2. acara CLBK sendiri bertepatan dengan perayaan anniversary 1st Mas Bro dan Mbak Prit, "Semoga segera diberi momongan ya ;)"
3. sekaligus juga di CLBK kedatangan saudara jauh (mengambil istilahnya Mas Bro) yaitu Blogger dari Kualalumpur yang juga seorang buruh migran dan founder Blogger Hibah Sejuta Buku "Mbak Anazkia" dan Blogger dari Surabaya yang seorang purnawirawan TNI "Pak Dhe Cholik"

Yang terpenting lagi adalah akhirnya saya mendengarkan dan sekaligus menonton Tamasya Bermusik,.... WOW!!! Awesome! lha iki kan aliran folksong, model2 lagune Bang Iwan Fals! So Proud with You Guys!




Jumat, 09 November 2012

Foto Pun Berbahasa

Akhirnya tercipta juga sebuah karya dari kumpulan foto-foto ku "FOTO PUN BERBAHASA"



Monggo diunduh di http://www.4shared.com/rar/9uEBDWtD/FOTO_PUN_BERBAHASA.html

Mempererat Tali Silaturrahmi

 

7

Kemaren adalah Grand Opening Warung Kopi Cak Wang Jl. Mastrip. Jadi saya berkunjung kesana untuk meramaikan dan juga demi secangkir kopi gratis, hehehehe,…. Warung Kopi Cak Wang Jl. Mastrip ini adalah cabang dari Warung Kopi Cak Wang Kantin FISIP UNEJ. Tapi Warung Kopi ini bukan sekedar Warung Kopi biasa lho. Saya pun terkesan ketika pertama kali mengenalnya. Saya mengenal Warung Kopi Cak Wang pertama kali dari sebuah akun twitter @Kopi_Cak_Wang . Ketika itu @Kopi_Cak_Wang sedang nge-share tentang kegiatan berbagi buku di Rumah Baca Padasan (seperti yang pernah saya tuliskan di http://catatanpasir.blogspot.com/2012/11/teman-selama-lamanya.html ) . Wah keren juga nih Cafe ngadain kegiatan sosial penggalangan buku. Langsung saja ketika itu saya ajak ketemuan, sekalipun hujan deras saya tetap berangkat ke @Kopi_Cak_Wang dan parkir ditempat yang salah, hahahaha,…. Saya pun berjalan melewati Kantin dan bertanya kepada seorang mahasiswa tentang keberadaan @Kopi_Cak_Wang kemudian si Mahasiswa itu pun menunjuk ke salah satu tempat yang ditutupi “kerreh” dan diterangi dengan lampu dop.

Ketika kemudian saya menuju kesana,…. WOW!!!,…. ramenya minta ampun sampek2 saya kebingungan untuk duduk. Dan ternyata ada seorang yang saya kenal yaitu Hanan Kukuh (yang kemudian saya sebut dengan PapaNan). akhirnya saya numpang duduk diantara mereka yang sedang maen “gaplek”. dan dibeberapa meja yang lain saling bergerombol ada yang maen catur, ada yang maen kartu remi ada pula yang mengutakatik laptopnya. Ini memang bukan Cafe tapi Warung Kopi dan Warung Kopi ini bukan sekedar Warung Kopi biasa.

Beberapa menit kemudian datanglah si pemilik Warung Kopi Cak Wang, dari awal yang saya pikir bahwa beliau ini bernama Wang atau panggilannya Cak Wang, eh ternyata namanya Rahmad atau Mas Rahmad Hidayatullah. Iya, Mas Rahmad Hidayatullah jadi “Mas” itu menyatu dengan Rahmad Hidayatullah, hehehehe,…. Karena tempat duduk penuh jadi kami pindah ke Kantin. mulailah kami mengobrol ini dan itu, ngalor ngidul yang intinya kita saling support dengan kegiatan berbagi ini.

Beberapa hari kemudian saya pun kembali ke Warung Kopi Cak Wang pada siang hari untuk mengantarkan beberapa buah buku yang akan disumbangkan di Rumah Baca Padasan. Kondisi Warung tidak terlalu ramai tapi juga tidak sepi. Terlihat dengan jelas Sebuah gambar diatas pintu dapur, Gambar avatar seorang dengan pakaian khas madura memakai kaos putih dengan tulisan Cak Wang dan dibawahnya tertulis tagline “Mempererat Tali Silaturrahmi”. Itulah Si Cak Wang, tokoh imajiner yang sengaja dibuat oleh Mas Rahmad dengan sebutan Cak Wang. Sosok seorang madura dengan nama yang njawani. Ya, mengingat Jember adalah daerah pandalungan percampuran kebudayaan Jawa dan Madura. Ketika ditanya, “Kenapa Cak Wang?” jawabannya hanya “agar mudah diingat”. Dan tagline “Mempererat Tali Silaturrahmi” itu benar adanya.

IMG_20430 IMG_2154 IMG_2151

IMG0540A

Kemudian saya pun melamunkan akan keberadaan “Break Cafe”. Ya, saya dulu pun pemilik sebuah Cafe atau lebih tepatnya Warung Kopi. Jangan tanya dimana tempatnya, karena sekarang tinggal kenangan. Sesuatu yang pahit dan harus saya kenang agar menjadi pelajaran hidup. Saya mendirikan sebuah Warung Kopi didalam Kampus dan sama dalamnya dengan lokasi Warung Kopi Cak Wang. Lalu kenapa Warung Kopi Cak Wang bisa bertahan hingga buka cabang sedangkan saya sudah hancur dalam waktu tidak sampai satu tahun. Yang pertama adalah karena saya membuka Warung Kopi itu dengan emosi dan tergesa-gesa mengingat kondisi ekonomi yang memang tidak stabil, itu kesalahan pertama. Kesalahan kedua adalah saya tidak punya teman-teman yang biasa nongkrong karena ketika itu mayoritas teman-teman saya adalah pekerja kantoran dengan usia rata-rata yang sudah hampir setengah abad padahal segmentasi pasar saya adalah para mahasiswa. Dan dua kesalahan itu sudah cukup untuk menghancurkan usaha saya.

 

Inilah Wajah “Break Cafe” itu

 

 

Warung Kopi Cak Wang bisa bertahan diantara Cafe-Cafe lain yang ada di Jember ini tidak lain adalah karena kekuatan pertemanan yang ada. Hingga saya sendiri pun kepincut dengan kuatnya pertemanan yang ada. Di Warung Kopi Cak Wang inilah akhirnya saya mendapatkan jaringan pertemanan yang saling terhubung antara yang satu dengan yang lain. Pertemanan adalah faktor terpenting didalam mendapatkan rejeki, apapun jenis usahanya. Maka seperti yang saya sampaikan bahwa tagline “Mempererat Tali Silaturrahmi” yang diusungnya menjadi benar adanya. Dan jangan dikira mereka yang rutin berkunjung adalah para mahasiswa, Salah besar kalau beranggapan seperti itu. Mereka yang berkunjung itu kebanyakan malah orang-orang yang sudah tidak kuliah. Di sebuah warung kopi yang kecil namun membahagiakan itu dibicarakan banyak hal oleh banyak orang, mulai dari urusan cewek, gadget, politik, bisnis, kegiatan sosial, religi bahkan akber jember pun seringkali mengadakan kelas di warung ini. Beragam orang ada disini dan semuanya adalah orang-orang yang hebat yang saya kenal.

 

6 8

Dan pembukaan Warung Kopi Cak Wang di Jl. Mastrip pun diramaikan oleh semua kawan-kawan. Senang bisa berada di Warung Kopi Cak Wang dan senang bisa menjadi bagian dari pertemanan yang tercipta di Warung Kopi yang Kecil tapi membahagiakan ini. Semoga bisa terus membuka cabang dimana-mana dengan tetap mengusung tagline “Mempererat Tali Silaturrahmi”.

 

Note:

Beberapa menu yang tersedia: Kopi Toraja, Kopi Papua, Kopi Java Arabica, Kopi Lanang, Kopi Mandailing dan beberapa kopi lain dari beberapa daerah di Indonesia. Menu yang paling unik dan paling digemari adalah Es Kopi Banjir (rasakan sensasinya). Dengan harga yang cukup murah mulai 2.000 rupiah.

Kamis, 08 November 2012

Teman Se,.....LAMA-LAMAnya,....


Memasuki kota Jember di bulan september 2006 itu buat saya adalah hal yang tersulit. Dari seorang anak yang lahir dan besar di kota kecil Bondowoso dan melanjutkan kuliah di kampus berasrama, membuat saya menjadi anak yang susah bersosialisasi dengan lingkungan baru.

Saya, "sendirian" harus hidup di Kota Jember yang lingkungannya sama sekali tidak pernah saya kenal. Memasuki dunia kerja birokrasi yang saya tidak pernah tahu bagaimana sistemnya. Kontan membuat saya menjadi orang yang terkucil. Teman-teman kantor yang mayoritas sudah berumur membuat saya semakin bingung bagaimana bertingkah laku. Belum lagi dengan pem-bully-an dari beberapa teman kantor karena saya "orang baru".

Baru sedikit mendapat teman ketika saya pindah kos di daerah kampus ditahun 2007. Jadi selama rentang waktu satu tahun itu saya hanyalah orang yang beraktifitas stagnan.


Dan kemudian menjalani kehidupan rumah tangga membuat saya ketambahan teman dari teman-temannya istri. tapi tetap saja saya merasa malu dengan diri saya sendiri. Laki gak punya teman??? Oh My Good!!!

Tapi tiba-tiba saja dan seperti sebuah mantra "SimSalabim" saya mempunyai banyak sekali teman, dan bukan sekedar teman. Tapi, teman yang hebat dan luar biasa! CIYUS!!!

Semua itu berawal dari media sosial yang bernama "Twitter". Sepertinya saya memang berutang budi dengan twitter.

Rentetan peristiwanya kurang lebih seperti ini:

Suatu hari di bulan Januari tahun ini saya melihat salah satu berita di Televisi swasta tentang sebuah sekolah gratis namanya Akademi Berbagi dengan pendirinya yang bernama Ainun Chomsun. Dalam hati saya berkata "mulia sekali orang ini". Kemudian saya sharing-sharing dengan istri bahwa orang itu hebat.
Kalimat suci yang menjadi pedoman hidup kami adalah, "Akan terputus semua amal manusia ketika dia mati kecuali tiga hal, yaitu anak shaleh yang mendoakan orang tuanya, sedekah jariyah dan ilmu yang bermanfaat"
Nah, Ainun Chomsun yang kemudian saya kenal dengan sebutan Mbak Ai dengan akun twitter @pasarsapi ini sudah dapet pahala unlimited "ilmu yang bermanfaat" dari kegiatan2 Akademi Berbagi.
Saya yang ketika itu bersama istri belum punya keturunan hanya bisa mengakses pahala unlimited dari "sedekah jariyah" itupun gak seberapa. Langsung saja saya bilang ke istri, "gimana kalo kita nyoba bikin akademi berbagi di Jember?"
Alhamdulillah istri sangat mendukung sekali.
Selanjutnya tepat tanggal 1 Februari saya kirim imel ke akademiberbagi setelah terlebih dahulu saya googling contactnya di akademiberbagi.org
Dan balasan imelnya adalah saya harus menyediakan tempat, guru dan murid. masalah pertama muncul karena saya masih gak punya teman. hahahahahaha,.....
Saya mencoba mengemis2 ke adminnya akademiberbagi untuk dibantu di awal,... dan balasan imel kedua pun dibales:

pada dasarnya akber adalah ide, inisiatif, yang kemudian menjadi gerakan dan komunitas..

kelas akber adalah bentuk dari kerbutuhan masyarakat di masing-masing kota tersebut..

perlu dipahami bahwa akademi berbagi adalah: knowledge sharing, gratis dan relawan
yang dijalankan oleh guru, pengelola dan murid yang semuanya adalah relawan..

dengan segala keterbatasannya, relawan di masing-masing kota berupaya menjalankan komitmen dan menjaga konsistensinya melalui online dan offline..

setiap kota memiliki kewenangan untuk berkreasi sesuai dengan local wisdom yang ada

kami di sini hanya meminta agar gerakan akademi berbagi ini menjaga 3 hal utama yang telah disebutkan di atas tadi..

ada banyak kisah tentang akademi berbagi, bisa ditemukan di web kami atau dengan mengetik keyword: akademi berbagi di google untuk menemukan berbagai artikel tentang kami..
mungkin bisa menemukan inspirasi untuk berkreasi dari sana..

salam, 

~ @dbrahmantyo


Yayaya,... saya memang harus babat alas sendiri. demi sebuah kegiatan yang bernilai kebaikan. suatu hari ALLAH SWT sedikit memberi jalan dengan membiarkan mata saya membaca salah satu kolom di Radar Jember (JawaPos Group), disitu dikisahkan tentang anak2 muda Jember yang sedang membikin film pendek tentang Jember di Pasar Kepatihan dan Pantai Payangan Ambulu Jember.
Berbekal nama Ayos Purwoadji dan Dwi Putri Ratnasari saya kembali googling dan akhirnya menemukan mereka di Facebook dan Twitter.
Ayos Purwoadji dengan akun twitter @aklampanyun dan Dwi Putri Ratnasari dengan akun twitter @dwiputrirats
Akhirnya, pada tanggal 7 Februari saya pun berkirim imel dengan Ayos bercerita tentang keinginan saya untuk membuat Akademi Berbagi di Jember. Dan sayapun dikenalkan dengan @mbakchin  yang ternyata kepala sekolahnya Akber Surabaya dan Arman Dhani (@arman_dhani) yang kala itu masih jadi wartawan di Radar Jember.
Keesokan harinya saya pun janjian untuk bertemu dengan Arman Dhani yang ternyata satu almamater SMA dengan saya di Bondowoso. Saya pun kemudian berbincang mengenai keinginan saya untuk membuat Akademi Berbagi di Jember. Dan akhirnya saya pun diperkenalkan dengan Nuran Wibisono dan Sahad Bayu.

Dan karena masih belum menemukan titik temu,.... akhirnya kepending lah pendirian Akademi Berbagi di Jember.
Tapi sejak saat itu saya mulai rajin ber tuattuit di twitter.

Keinginan saya untuk berbagi masih belum padam dan kemudian saya sempat membaca status dari Tamasya Indie Band di FB tentang keinginan mereka untuk berbagi buku di pelosok2 sekolah di Kab. Jember. Tapi sayang sekali komentar saya lama sekali gak ditanggapi. Saya pun bercerita ke istri tentang hal ini. Saya sampaikan ke istri kalo saya pengen sekali membantu anak-anak yang serba kekurangan, yah berharap ketika kita mencintai anak-anak itu akan menjadi "lantaran" ALLAH SWT mencintai kita dan mungkin bisa jadi "lantaran" pula ALLAH SWT segera memberikan keturunan ke kita. (Kami ketika itu telah memasuki 5 tahun usia pernikahan dan masih belum diberikan keturunan).

Akhirnya saya pun diperkenalkan oleh istri dengan salah seorang temannya (customernya istri) yang katanya sering membantu2 sekolah-sekolah di pelosok2 Jember. Maka saya pun ketemuan dengan Mbak Mevi Widiati dan Mas Hanan Kukuh, berbicara tentang keinginan saya untuk membantu anak-anak di pelosok bersama-sama mereka.

Dan pada tanggal 21 April 2012 pertama kalinya saya berbagi buku dengan teman-teman We Care Community (Mbak Mevi Widiati dan Mas Hanan Kukuh) di MI Mambaul Ulum Lampeji Mumbulsari.


Bahagia rasanya melihat mereka antusias berebut buku baru untuk dibaca dan menciumi aroma kertasnya.

Maka sayapun semakin antusias dan bersemangat untuk berbagi. Pada tanggal 24 April maka saya pun membuat sebuah akun @jemberbagi untuk semakin mengkoneksikan dengan berbagai macam orang mau turut berbagi.

Kemudian saya pun berkenalan dengan Rahmad pemilik Warkop CakWang dengan akun @Kopi_Cak_Wang yang ketika itu sedang mengumpulkan buku-buku untuk diserahkan ke Rumah Baca Padasan. Inilah pertama kali saya mengunjungi WarKop Cak Wang yang selanjutnya seringkali menjadi tempat ngumpulnya teman-teman.

Pada tanggal 28 April saya kembali mengajak Arman Dhani ditambah Sahad Bayu dan Mas Bro Hakim (Tamasya Indie Band) untuk bertemu di Radio Cafe demi membahas kelanjutan Akademi Berbagi di Jember. Tapi sayang sekali Mas Bro Hakim saat itu masih belum bisa bergabung karena ada kegiatan bersih-bersih sungai Bedadung. Untungnya sekalipun bertiga kamipun bersepakat untuk segera membikin kelas Akber Jember.
Pada tanggal 3 Mei sayapun berkirim imel ke akademi berbagi dan kemudian berhubungan dengan Mbak Chika sebagai Divisi pembukaan cabang baru Akademi Berbagi. ternyata tidak sesimpel di awal karena sudah terjadi perubahan aturan. Tapi kamipun mengikuti aturan itu.

Pada tanggal 12 Mei saya bersama teman2 dari Mbak Mevi dan Mas Hanan mengunjungi Slerok, sebuah dusun terpelosok di kaki gunung raung untuk membantu memperbaiki bangunan sekolah yang sudah hampir mirip dengan Laskar Pelangi.

Kondisi Sekolah sebelum diperbaiki

Teman-teman yang turut membantu

Di kegiatan diatas Rahmad Cak Wang sudah turut bergabung dengan teman-teman dari Mas Hanan dan Mbak Mevi karena ternyata Mas Hanan sudah kenal dengan Rahmad dan seringkali nongkrong di WarKop CakWang.

Selanjutnya saya pun mengajak ketemuan kembali Arman Dhani dan Sahad Bayu di WarKop CakWang. Mematangkan Akber Jember dan Kelas Perdana. Hasilnya: Sahad Bayu menjadi Kepala Sekolah dan Volunteernya adalah Saya sendiri, Arman Dhani, dan Rahmad CakWang. Untuk Kelas Perdana akhirnya Ayos Purwoadji berkenan untuk mengisi Kelas dengan tema "Creative Writing" pada tanggal 26 Mei 2012.
Disaat yang bersamaan Mas Arif "PetakUmpet" dengan acara Berbagi Ide Segar pun berkenan memindahkan lokasi tujuannya dari yang semula di Lumajang akhirnya pindah di Jember dengan syarat ada EO-nya. Setelah saya tawarkan kepada Rahmad yang saat itu merupakan founder dari EO Artindo dan si Rahmad pun setuju maka acaranya dilaksanakan di tanggal 26 Mei 2012. Dan sayangnya ketika itu saya sedang keluar kota menemani istri yang sedang training kecantikan di Malang.
Ah, yang tepenting kan acaranya lancar jaya. hehehehe,....

Yah, begitulah semua berawal,..... hingga detik ini saya sudah memiliki banya teman walaupun buat saya itu masih kurang. Karena seorang musuh itu terlalu banyak dan ratusan teman itu masih sedikit. Yok kita terus menambah teman, karena rejeki ada didalam ikatan silaturrahmi. Terimakasih kepada semua orang yang mau menjadi teman saya. Semoga pertemanan ini akan terjalin selamanya,.... Amin,....

Senin, 05 November 2012

Pecel Pincuk Garahan

Ketika kemaren seharian nemenin Mas Imam Subchan, saya kebingungan sekali ketika ditanya, "Makanan khas nya Jember apa?"
Kalo suwar suwir itu Oleh2 Khas nya Jember Mas, saya jawab begitu.

Iya saya tahu, saya nyari makanan khas nya. Kayak nasi lodho tulungagung, gudeg jogja, rujak soto banyuwangi.

Dan sayapun menyerah. Akhirnya beliau nya pun pasrah dg ajakan saya utk menikmati makanan timur tengah nya Warung 4 Mata.

Sampai beliau pulang pun saya masih kebingungan sampek inisiatif pengen bikin makanan khas jember.

Tiba-tiba ketika akan berangkat kantor, saya melewati Salon JFC.
"Tuing" seperti ada lampu berpijar di atas kepala *kartunmodeon

Ini jawaban yang saya cari, Pecel Garahan.

Memori saya jadi terlempar jauh ke masa lalu ketika setiap libur sekolah dasar saya selalu berkunjung ke rumah nenek di banyuwangi.
Dan ketika kereta ekonomi yang saya naiki berhenti di stasiun garahan, hampir semua penumpang melongokkan kepalanya keluar bahkan ada yg berlari kepintu gerbong utk berebut keluar.
Yup, mereka semua membeli pecel garahan. Termasuk bapak saya.

Saya yang lahir dan besar di Bondowoso dan hidup dr keluarga yang gak suka makanan pedas (ketika itu) tetap selalu merengek untuk minta dibelikan pecel garahan yang pedasnya luar biasa itu.

Mbak-mbak menyunggi bakul dan menyajikan pecel dengan daun pisang yg dipincuk.
Isinya nasi, sayur kubis, kecambah, kacangpanjang disiram bumbu pecel dengan lauk tempe yg masih hangat dan kerupuk. Waktu itu tahun 90'an saya beli sepincuk pecel itu dg harga 750 rupiah.

Ketika sudah ada wisata kuliner pecel garahan saya pun pernah mencobanya, tapi rasa nya beda dg pecel pincuk yg dulu sering saya makan.

Entah yg ada di stasiun garahan. Saya pengen nyoba, apakah masih ada ato sudah pindah ke wiskul pecel garahan itu.

Rabu, 31 Oktober 2012

Akhirnya Kami Harus Berlari #Akademi Berbagi Jember



Jika membuat sesuatu memang kita harus bertanggungjawab untuk menjaganya tetap ada dan dalam keadaan yang terbaik. Memang seperti itulah seharusnya. Seperti kami yang telah bersusah payah untuk membuat Akademi Berbagi ini berada di Jember, sebuah kota kecil yang sedang merangkak untuk menjadi kota yang maju. Kota yang memiliki Universitas Negeri dengan beratusribu mahasiswa dari berbagai kota tapi minim kreatifitas.

Dan kami? kami adalah manusia purna pendidikan formal dengan bertumpuk-tumpuk pekerjaan yang dibebankan kepada kami. Waktu 24 jam yang sepertinya terasa sangat kurang untuk kami bagi baik itu untuk pekerjaan kantor, keluarga, bisnis sampingan, istirahat, hobi.

Membuat kami seringkali berpikir apakah kami adalah manusia yang baik? Mengingat sebuah kalimat suci yang seringkali didengung2kan para Ustadz bahwa Manusia yang baik adalah Manusia yang paling bermanfaat bagi orang banyak.

Pertanyaannya adalah Apakah kami sudah cukup memberikan manfaat bagi orang banyak?
Yup, belum sama sekali. Kami hanya memberikan manfaat kepada keluarga kecil kami, kepada kantor tempat kami bekerja, dan kepada diri kami sendiri. itupun tidak maksimalkan?

Mencoba memberikan manfaat bagi orang banyak itulah yang membuat kami mau dengan ikhlas hati mengambil kesempatan ini. membuat akademi berbagi ada di Jember. Mencoba membagi-bagikan virus berbagi kepada banyak orang.

Sekalipun kami miskin waktu untuk kami bagi lagi, sekalipun kami miskin harta untuk kami bagi lagi, tapi setidaknya kami berusaha untuk memperkaya hati. Karna sesungguhnya ternyata yang kita cari selama ini selama kita hidup bukanlah harta melainkan hati yang tercukupi oleh kebahagiaan. Dan bahagia itu akan kita dapatkan disaat kita memberi dan bukannya menerima.

Dengan tertatih-tatih kami mencoba untuk terus menjaga agar Akber Jember ini tetap ada dan tetap berdiri. dan kehadiran Mas Imam Subchan di Jember seolah-olah seperti suntikan vitamin bagi kami yang sudah mulai lesu. Bahwa kami sekalipun kecil tetapi kami ada. bahwa sekalipun baru tetapi kami masih punya semangat yang sama besarnya. bahwa menjadi besar dan kecil adalah pilihan, dan yang terpenting adalah berusaha menjadi yang terbaik dalam besar ataupun kecilmu.

Yup, kini kami telah siap berlari. kami siap untuk terus ada bukan hanya dalam setahun atau dua tahun tetapi selama kami ada selama semangat berbagi terus menyala. Bukan hanya api kecil yang akan kami ciptakan tetapi Bara Api Semangat yang akan terus menyala-nyala.

Buat semua sahabat berbagi yang sedang layu. Ayo Semangat! Karna Negeri ini bergantung padamu! Pada Semangat yang ada dalam dirimu dalam keluargamu dalam keluarga AKADEMI BERBAGI!

Jembatan Berbagi


Ketika kita lagi nyenyak-nyenyaknya tertidur dan kemudian terjadi gempa dengan kekuatan 7 skala ritcher, tentu saja kita akan segera berlari keluar rumah menyelamatkan diri sendiri. baru kemudian kita tersadar untuk menyelamatkan keluarga kita, harta kita, orang-orang disekitar kita dan kemudian bergabung bersama para relawan yang telah bersiap sejak awal untuk mengatasi bencana yang terjadi. bahkan mereka sudah bisa memprediksikan bahwa bencana itu memang akan terjadi.

Seperti itulah kira-kira gambaran yang saya alami saat ini, bahwa saya baru terjaga dan kemudian berlari. Kondisi bangsa ini sudah sakit dari berbagai bidang, apapun itu. Dan banyak dari kita yang masih bersantai-santai ria seolah-olah hidupnya sudah tenang sekali. Dan tidak pernah memperdulikan apa yang terjadi disekitarnya.

Kalimat suci yang seringkali terngiang-ngiang di telinga bahwa “Manusia yang terbaik adalah Manusia yang paling bermanfaat bagi orang lain”. Dan saya ingin menjadi manusia yang terbaik di mata TUHAN.


Cobalah sesekali kita tengok kondisi disekitar kita.

Ketika bangun tidur dan segera mandi JibangJibung, ada banyak orang lain yang susah sekali mendapatkan air sekedar untuk minum apalagi mandi.
Ketika kita menyantap sarapan yang terhidang di meja makan bahkan seringkali menolak makan hanya karena menu yang tersaji tidak sesuai dengan selera kita, ada banyak orang yang untuk sekedar mengganjal perut masih harus membanting tulang mencari kerja sejak matahari belum terbit. ketika seharian tidak mendapatkan uang untuk membeli makanan pun mereka terpaksa mengais-ngais makanan sisa di tong sampah bahkan hingga menjual harga dirinya dengan mengetuk pintu-pintu rumah orang untuk meminta belas kasih.
Ketika kita asyik bersekolah hingga S yang tak terhingga dan bahkan seringkali membolos karena gurunya gak asyik, ada banyak orang yang untuk tamat SD saja susahnya minta ampun dan seringkali harus putus sekolah karena biaya untuk sekolah sudah tidak sanggup lagi terpenuhi.
Ketika kita dengan mudahnya berlangganan majalah atau memborong buku-buku baru karya penulis terkenal, ada banyak orang yang mencium aroma buku yang baru dibuka segel plastiknya saja tidak pernah.


Ya, terlalu banyak kesenjangan yang tersaji disekitar kita dan seringkali kita tidak peduli. Atau mungkin kita ingin berbagi tetapi tidak tahu harus menyerahkan kepada siapa.

Itulah kenapa akhirnya saya membuat sebuah akun @jemberbagi

Apa sih @jemberbagi itu?

jemberbagi awalnya singkatan dari nama Jember Berbagi

Kenapa Jember?
karena saya saat ini berdomisili di Jember dan untuk memulai sesuatu bukankah sebaiknya dari hal kecil dulu yang sekiranya mampu kita jangkau. dan juga saya ingin lebih mengenal Jember lebih dekat, sebuah kota kecil tempat saya mencari nafkah dan membina rumah tangga.

Dan “Berbagi” itulah yang menjadi jalan untuk menunjukkan kepedulian kita kepada orang lain.

Tetapi selang beberapa bulan jemberbagi menjadi jembatan berbagi karena saya sadar bahwa apa yang saya dan teman-teman lakukan hanyalah sebuah jembatan yang mempertemukan antara orang-orang yang ingin berbagi dengan mereka yang seharusnya kita bantu.

Sasaran Jembatan Berbagi adalah pendidikan khususnya untuk anak-anak yang seringkali termarginalkan oleh keadaan, entah itu di pelosok ataupun di kota.

Dan sementara yang sanggup kami lakukan adalah membantu pengadaan buku untuk sekolah-sekolah dipelosok dan membagi-bagikan DVD/CD Peduli Anak Indonesia yang berisi lagu-lagu anak dan cerita/dongeng.

Memang apa yang saya lakukan tidak terlalu berarti tetapi setidaknya keberadaan saya sebagai manusia akan berarti dimata TUHAN.

Selamat Berbagi, karena “Berbagi Ceriakan Hati”

Sabtu, 09 Juni 2012

Laskar Pelangi ala Jember




 Apa sekolahmu seperti ini juga?

 Sekedar membuktikan bahwa Sekolah ini masih di Indonesia dg Presiden dan Wapres nya SBY-Budiono


"Beginilah kondisi Sekolah SDN Slateng II Kelas Jauh yang berada di Distrik Slerok Desa Slateng Kec. Ledokombo Kab. Jember"




 Tim Berbagi Jember

Cak Wang (Rahmad) yang sedang mengecat (Rajin ya,.. :) )


"Kondisi Sekolah setelah di cat dan sedikit perbaikan dari teman-teman Tim Berbagi bersama Masyarakat Distrik Slerok Desa Slateng Ledokombo Jember"




Melihat orang tuanya yg sedang memperbaiki sekolah

 Selalu bersama

 Tawa bahagia anak-anak Slerok

 Mereka selalu berharap untuk mendapatkan pendidikan yang sama


"Wajah-wajah Polos dan Lugu Anak-Anak Slerok yang katanya GENERASI EMAS" 

Rabu, 06 Juni 2012

Berbagi Buku itu Berbagi Dunia












Sangat menyenangkan sekali ketika berbagi dengan adek-adek yang ada di Pelosok. Rasanya seperti memberikan sarapan bagi jiwa yang seringkali kering. Berbagi tidak akan mengurangi apa yang kita punya, malah akan menambah berkali-kali lipat dari apa yang sudah kita berikan.
Kenapa Buku? pasti sudah banyak yang sering mendengar bahwa Buku adalah Jendela Dunia. Mungkin bagi sebagian orang membeli Buku adalah sesuatu yang sangat mudah dan murah sekali. Tapi tidak bagi mereka. Mereka harus menelan ludah sendiri dan mengubur dalam-dalam ketika ada keinginan untuk membeli buku cerita. Uang saku saja masih jarang mereka dapatkan, apalagi meminta uang untuk membeli Buku. Bahkan untuk membeli Buku Pelajaran atau Buku LKS (Lembar Kerja Siswa) saja orang tua mereka perlu menghitung dengan sangat teliti uang yang tersisa dikantong, bisa-bisa malah besok mereka gak makan. Sampai sebegitunya? Yup, dan ini masih di Indonesia Bung.
Disaat teman-teman mereka yang ada di Kota begitu menyia-nyiakan Buku yang dibelikan orang tuanya yang harganya bisa mencapai ratusan ribu itu, mereka cukup puas dengan meminjam Buku Pelajaran dari Sekolah untuk dicatat di Buku Tulis mereka. Kata teman saya Arman Dhani, bahkan ada sekolah di daerah Panti Jember yang siswanya itu mencatat soal-soal yang ada di Buku LKS bekas milik Gurunya untuk kemudian dikerjakan dirumah.
Lalu dimana kita selama ini? Saya gak akan menyalahkan Pemerintah bukan karena saya orang Pemerintah. Tapi kalo pekerjaan kita sendiri hanya bisa menyalahkan Pemerintah, mencemooh Pemerintah, menghina Pemerintah sedangkan kita tidak berbuat sesuatu pun untuk merubah keadaan seperti ini. Lalu apa bedanya kita? Jangan hanya OMDO (Omong Doang) Bung.
Coba perhatikan dengan seksama foto-foto diatas, dimana mereka begitu antusias sekali membuka Buku Baru dan menciumi aroma Buku Baru itu. Merobek sampul plastik segel dari Buku yang masih baru adalah sesuatu yang benar-benar baru pertama kali mereka lakukan. Lihat ketika mereka saling berebut untuk "SEKEDAR" membaca Buku. Yup, SEKEDAR membaca Buku Bung, karna Buku-buku itu kemudian kami berikan kepada Sekolah sebagai aset perpustakaan, sehingga adek-adek mereka nantinya pun bisa menikmati berbagai macam Buku dan bukan hanya Buku LKS atau Buku Pelajaran.

"BUKTIKAN KALAU KALIAN MEMANG PEDULI DENGAN NASIB MEREKA, NASIB ANAK BANGSA YANG KATANYA GENERASI EMAS! YA, EMAS YANG MASIH SEDIKIT ORANG MAU MENGASAHNYA"

Catatan:
Terimakasih buat teman-teman yang sudah berkenan turut berbagi bersama kami

#BBJ antara kenyataan dan harapan

Setelah sempat setaun vakum akhirnya Bulan Berkunjung ke Jember kembali diadakan tahun ini. Berikut kegiatan Launching BBJ yg sempat tertangkap kamera

Sedikit perubahan / dekorasi yang ada di Alun-Alun Kota Jember

 Bentuk tugu Adipura yang telah beberapa tahun dan hingga tahun inipun tak kunjung menghampiri

Gedung BHS, orang-orang menyebutnya demikian. Salah satu Gedung yg sibuk menyiapkan event BBJ




Tim JFC membuka Launching BBJ dengan sangat apiknya, dan sebenernya saya datang pun hanya untuk melihat Tim JFC beratraksi plus Kembang Api


 Ini adalah Penari yang sedang menarikan Tarian Khas Jember yaitu Tari Lahbako

Dan, akhirnya Kang Djalal resmi melaunching BBJ


Catatan:
BBJ atau Bulan Berkunjung ke Jember adalah Program Kang Djalal. Tentunya banyak yang pro dan kontra atas terselenggaranya BBJ ini.
Sebenarnya BBJ ini adalah Program Kemasan, yah hanya mengemas dari event-event tahunan yang memang sebenarnya sudah ada, mungkin hanya ditambah sedikit-sedikit seperti JERAT (Jember Adventure Trail) atau memodifikasi dari yang sudah ada seperti JCC (Jember Carnaval City) karna sebelumnya adalah Karnaval Agustusan yg umum dilaksanakan siang hari.
Lainnya? yah sama saja,... seperti Tajemtra, JFC, Panjat Pinang, dan lomba-lomba lain yang biasa dilaksanakan di Bulan Agustus untuk memperingati HUT RI.
Itu sebabnya kenapa BBJ tidak dilaksanakan di Bulan Januari yang sebenernya merupakan waktu yang tepat untuk membuat Program Paket Wisata karna Ulang Tahun Kabupaten Jember itu tanggal 1 Januari.
Kurang kreatif? bisa dibilang seperti itulah. Coba kita tengok Kota-Kota lain,... Malang punya Malang Tempo Doeloe sebuah event tahunan yang acaranya bener2 orisinal dan atas inisiasi dari Masyarakat baru kemudian difasilitasi oleh Pemerintah. Surabaya punya Surabaya Shopping Festival (yang kemudian ditiru juga oleh Jember dg JSF (ternyata ini inisiasi dari Radar Jember (Jawa Pos Group)) ) dan Pasar Malem Tjap Toendjoengan. Masih banyak lagi Kota-kota yang memang bener2 punya Ikon Festival yang khas seperti di Jailolo, Wakatobi, Bunaken, dan lain-lain,...
BBJ yang memakan biaya cukup banyak ini diharapkan akan berimbas kepada roda perekonomian masyarakat, tapi kenyataannya gak semua tempat mendapat jatah yang sama untuk pelaksanaan tiap event ini. Salah satu contohnya adalah Kawasan Pesisir Jember yang kebagian jatah sama sekali. Padahal potensi wisata baharinya sangat luar biasa sekali,... seandainya dikembangkan dengan berkualitas dan maksimal maka saya yakin Jailolo, Wakatobi, Bunaken ataupun Raja Ampat akan tersingkir dari destinasi wisata bahari.
Ini semua hanyalah harapan saya pribadi yang seorang pendatang dan mencintai Pesisir Jember