Rabu, 31 Oktober 2012

Jembatan Berbagi


Ketika kita lagi nyenyak-nyenyaknya tertidur dan kemudian terjadi gempa dengan kekuatan 7 skala ritcher, tentu saja kita akan segera berlari keluar rumah menyelamatkan diri sendiri. baru kemudian kita tersadar untuk menyelamatkan keluarga kita, harta kita, orang-orang disekitar kita dan kemudian bergabung bersama para relawan yang telah bersiap sejak awal untuk mengatasi bencana yang terjadi. bahkan mereka sudah bisa memprediksikan bahwa bencana itu memang akan terjadi.

Seperti itulah kira-kira gambaran yang saya alami saat ini, bahwa saya baru terjaga dan kemudian berlari. Kondisi bangsa ini sudah sakit dari berbagai bidang, apapun itu. Dan banyak dari kita yang masih bersantai-santai ria seolah-olah hidupnya sudah tenang sekali. Dan tidak pernah memperdulikan apa yang terjadi disekitarnya.

Kalimat suci yang seringkali terngiang-ngiang di telinga bahwa “Manusia yang terbaik adalah Manusia yang paling bermanfaat bagi orang lain”. Dan saya ingin menjadi manusia yang terbaik di mata TUHAN.


Cobalah sesekali kita tengok kondisi disekitar kita.

Ketika bangun tidur dan segera mandi JibangJibung, ada banyak orang lain yang susah sekali mendapatkan air sekedar untuk minum apalagi mandi.
Ketika kita menyantap sarapan yang terhidang di meja makan bahkan seringkali menolak makan hanya karena menu yang tersaji tidak sesuai dengan selera kita, ada banyak orang yang untuk sekedar mengganjal perut masih harus membanting tulang mencari kerja sejak matahari belum terbit. ketika seharian tidak mendapatkan uang untuk membeli makanan pun mereka terpaksa mengais-ngais makanan sisa di tong sampah bahkan hingga menjual harga dirinya dengan mengetuk pintu-pintu rumah orang untuk meminta belas kasih.
Ketika kita asyik bersekolah hingga S yang tak terhingga dan bahkan seringkali membolos karena gurunya gak asyik, ada banyak orang yang untuk tamat SD saja susahnya minta ampun dan seringkali harus putus sekolah karena biaya untuk sekolah sudah tidak sanggup lagi terpenuhi.
Ketika kita dengan mudahnya berlangganan majalah atau memborong buku-buku baru karya penulis terkenal, ada banyak orang yang mencium aroma buku yang baru dibuka segel plastiknya saja tidak pernah.


Ya, terlalu banyak kesenjangan yang tersaji disekitar kita dan seringkali kita tidak peduli. Atau mungkin kita ingin berbagi tetapi tidak tahu harus menyerahkan kepada siapa.

Itulah kenapa akhirnya saya membuat sebuah akun @jemberbagi

Apa sih @jemberbagi itu?

jemberbagi awalnya singkatan dari nama Jember Berbagi

Kenapa Jember?
karena saya saat ini berdomisili di Jember dan untuk memulai sesuatu bukankah sebaiknya dari hal kecil dulu yang sekiranya mampu kita jangkau. dan juga saya ingin lebih mengenal Jember lebih dekat, sebuah kota kecil tempat saya mencari nafkah dan membina rumah tangga.

Dan “Berbagi” itulah yang menjadi jalan untuk menunjukkan kepedulian kita kepada orang lain.

Tetapi selang beberapa bulan jemberbagi menjadi jembatan berbagi karena saya sadar bahwa apa yang saya dan teman-teman lakukan hanyalah sebuah jembatan yang mempertemukan antara orang-orang yang ingin berbagi dengan mereka yang seharusnya kita bantu.

Sasaran Jembatan Berbagi adalah pendidikan khususnya untuk anak-anak yang seringkali termarginalkan oleh keadaan, entah itu di pelosok ataupun di kota.

Dan sementara yang sanggup kami lakukan adalah membantu pengadaan buku untuk sekolah-sekolah dipelosok dan membagi-bagikan DVD/CD Peduli Anak Indonesia yang berisi lagu-lagu anak dan cerita/dongeng.

Memang apa yang saya lakukan tidak terlalu berarti tetapi setidaknya keberadaan saya sebagai manusia akan berarti dimata TUHAN.

Selamat Berbagi, karena “Berbagi Ceriakan Hati”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar